Laman

Rabu, 12 Oktober 2011

~*:. Sanjungan Bagi Istri Yang Setia .:*~

Allah Swt. menyanjung seorang istri yang menjaga kehormatan suaminya saat ia pergi dan menjadikan perangai ini sebagai lambang kebajikan dan taqwa.

Allah Swt. berfirman:
"Adapun istri-istri yang sholehah adalah yang tunduk patuh dan menjaga diri saat kepergian (suami) oleh sebab apa-apa yang telah dijaga oleh Allah."(An-Nisa':34)

Sebagaimana juga Rasulullah Saw.,beliau menyanjungnya sekaligus menganggap hal itu sebagai sebaik-baik dunia serta salah satu faktor utama pencipta kebahagiaan.

Dari Ibnu Abbas r.a. berkata,Rasulullah Saw. berkata kepada Umar r.a.,;
"Maukah kamu saya beritahu sebaik-baik simpanan seseorang?Ia adalah istri yang sholehah;apabila suaminya melihat ia menyenangkan,apabila memerintahnya ia taat,dan apabila suami tiada ia menjaga (kehormatannya)."(HR. Abu Daud)

Dari Ismail bin Muhammad bin Sa'id bin Abi Waqqas r.a. berkata,Rasulullah Saw. berkata;
"Sebagian dari kebahagiaan anak cucu Adam ada 3 dan sebagian dari penderitaannya juga ada 3.Sebagian dari kebahagiaan anak cucu Adam itu adalah wanita sholehah,tempat tinggal yang nyaman,dan kendaraan yang bagus.Sedangkan sebagian dari penderitaannya adalah wanita rusak,tempat tinggal yang gersang,dan kendaraan yang jelek."(HR. Hakim dan Ahmad)

Dalam sebuah riwayat lain disebutkan lebih rinci sebab-sebab kebahagiaan tersebut,antara lain sabda Rasulullah Saw.;
"Tiga hal tergolong kebahagiaan yaitu:istri yang bila kau pandang menyenangkan,bila kau tinggal pergi engkau merasa yakin akan kesetiaannya.Dan tiga hal yang tergolong kesengsaraan yaitu:istri bila kau pandang menjemukan,lisannya selalu mengumpatmu,sementara bila engkau pergi tak merasa aman atas dirinya(karena pengkhianatannya)."(HR. Hakim dari Sa'id bin Abi Waqqas dari ayahnya)

Sungguh peranmu sangat menentukan wahai para istri (muslimah).Engkaulah sumber kebahagiaan keluarga,sekaligus sumber penderitaannya.Karena itu hendaklah engkau berusaha agar menjadi sumber kebahagiaan dan ketentraman bagi keluargamu,bukannya sumber penderitaan dan malapetaka.

Selasa, 11 Oktober 2011

~*:. Indahnya Persahabatan Suami Istri .:*~

Kehidupan Suami-Istri Kehidupan Persahabatan

Salah satu tujuan dari pernikahan adalah melahirkan ketenteraman (QS ar-Rum [30]: 21). Pernikahan akan menjadikan seorang suami merasa tenteram dan damai di sisi istrinya. Begitu pula sebaliknya.

Ketenteraman dan kedamaian di dalam kehidupan pernikahan (suami-istri) mengharuskan adanya pergaulan dalam konteks persahabatan, bukan pergaulan antara penguasa dan yang dikuasai, atau antara pemerintah dan yang diperintah. Satu sama lain merupakan sahabat sejati dalam segala hal. Persahabatan yang dibangun oleh keduanya adalah persahabatan yang dapat memberikan kedamaian satu sama lain.

Allah Swt. telah memerintahkan untuk menciptakan suasana pergaulan yang baik di antara suami-istri (QS an-Nisa’ [4]: 19).

Bergaul maknanya adalah berinteraksi secara intens dan penuh canda serta bersahabat dengan penuh keakraban. Allah Swt. juga telah memerintahkan agar para suami bersahabat dengan istri-istri mereka. Persahabatan keduanya akan menciptakan ketenteraman dalam jiwa dan kedamaian dalam hidup. Seorang suami tidak boleh membuat istrinya cemberut atau bermuka masam—meski dalam perkara yang tidak sampai menimbulkan dosa; senantiasa berlemah-lembut dalam bertutur kata, tidak bertingkah keji dan kasar, serta tidak menampakkan kecenderungan kepada wanita lain selain istrinya. Begitu juga istri, dia melaksanakan ketaatan kepada suami bukan semata-mata karena terpaksa, namun karena ia sangat menginginkannya sebagai gambaran ketaatannya kepada Allah Swt. (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 34). Ketaatan istri kepada suami akan dapat menciptakan ketenteraman dan kedamaian di dalam kehidupan suami-istri

Ibnu Abbas pernah bertutur, “Para istri berhak untuk merasakan suasana persahabatan dan pergaulan yang baik dari suami mereka, sebagaimana mereka pun berkewajiban untuk melakukan ketaatan dalam hal yang memang diwajibkan atas mereka terhadap suami mereka.”

Rasulullah saw. juga pernah bersabda:

«خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِي»
Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik perlakuannya terhadap keluarganya. Sesungguhnya aku sendiri adalah orang yang paling baik di antara kalian dalam memperlakukan keluargaku. (HR. Ibnu Majah).
Rasulullah saw. adalah orang yang paling indah dalam bergaul dengan keluarganya. Beliau dikenal supel dan bijaksana dalam pergaulan, selalu menampakkan muka yang manis dan riang gembira, suka bergurau dengan istri-istrinya, lemah-lembut terhadap mereka, dan memberi nafkah rumahtangga yang cukup. Beliau bahkan pernah bergurau dengan cara mengumpulkan istri-istrinya tiap malam untuk makan di rumah tempat ia harus menginap menurut giliran, lalu setelah makan malam masing-masing kembali ke rumahnya sendiri. Beliau selalu tidur di bawah satu sarung bersama istrinya. Jika Beliau selesai shalat isya, Beliau tidak meninggalkan kebiasaan bercanda dengan istri-istrinya sebelum ia tidur.

Persahabatan dalam kehidupan suami-istri tidak menunjukkan hilangnya kepemimpinan dalam rumah tangga. Sebab, Allah Swt. telah menegaskan, bahwa suami adalah pemimpin atas istrinya (QS an-Nisa’ [4]: 34).

Hanya saja, kepemimpinan suami atas istri di dalam rumah bukan berarti menjadikan dirinya sebagai orang yang bertindak otoriter yang tidak dapat dilanggar perintahnya. Oleh karena itu, seorang istri berhak menjawab dengan santun ucapan suaminya, berdiskusi dengan suaminya secara makruf dan turut serta dalam memberikan masukan kepadanya. Sebab, pada dasarnya, keduanya adalah dua orang sahabat, bukan pihak yang memerintah dan yang diperintah atau penguasa dan bawahan. Rasulullah saw., di dalam rumahnya, adalah sahabat karib bagi istri-istrinya, bukan penguasa yang otoriter terhadap mereka, meskipun Beliau adalah seorang kepala negara, panglima perang, politikus, sekaligus seorang nabi dan rasul.

Kiat-kiat Membangun Persahabatan Suami-Istri

1. Saling memahami.

Pernikahan adalah menyatukan dua orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda dan dua keluarga yang berbeda. Karena itu, suam-istri perlu saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta menerimanya dengan lapang dada tanpa ada penyesalan yang berkepanjangan. Kadangkala suami mempunyai kelebihan dalam kemampuan berkomunikasi, sedangkan istrinya kurang. Sebaliknya, istri memiliki kemampuan manajemen, sedangkan suaminya lemah. Kelebihan yang ada pada salah satu pasangan tidak menunjukkan ketinggian orang tersebut, demikian juga kekurangan yang ada pada seseorang tidak menunjukkan dia rendah. Sebab, tinggi-rendahnya manusia di sisi Allah Swt. adalah karena ketakwaannya. (QS al-Hujurat [49]: 13). Saling memahami akan menjadikan suami-istri berempati terhadap pasangannya sehingga tidak mudah saling berburuk sangka. Sikap saling empati/memahami tidak berarti toleran terhadap kesalahan dan kelemahan yang dapat merugikan pasangannya. Namun, sikap ini memudahkan suami-istri untuk berpikir jernih sebelum memberikan pendapat, kesimpulan maupun penilaian. Kejernihan berpikir akan dapat memudahkan seseorang untuk bersikap dengan tepat dan benar terhadap pasangannya. Dengan itu, masing-masing akan terhindar dari kesalahpahaman yang memunculkan perselisihan dan pertengkaran. (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 19).

2. Saling mencintai karena Allah Swt.

Saling mencintai karena Allah (mahabbah fillâh) antara suami-istri merupakan salah satu perekat persahabatan di antara mereka. Munculnya cinta karena Allah Swt. disebabkan karena keduanya memiliki keimanan dan melakukan ketaatan-ketaatan kepada-Nya. Jika ada yang tidak disukainya dari pasangannya, itu karena ia tidak rela sahabatnya melakukan kemaksiatan dan kemungkaran kepada Allah Swt. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, berarti ia telah sempurna imannya.” (HR al-Hakim).

3. Saling menerima dan memberi.

Salah satu cara untuk mewujudkan persahabatan antara suami-istri adalah keduanya melaksanakan kewajibannya masing-masing sekaligus memenuhi hak-hak setiap pasangannya. Keduanya saling berlomba untuk menunaikan kewajiban yang akan menyebabkan hak pasangannya akan terpenuhi. Ibnu Abbas pernah bertutur, “Sungguh, aku suka berhias untuk istriku, sebagaimana ia berhias untukku. Aku pun suka meminta agar ia memenuhi hakku yang wajib ia tunaikan untukku sehingga aku pun memenuhi haknya yang wajib aku tunaikan untuknya. Sebab, Allah Swt. telah berfirman (yang artinya): Para wanita/istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf (QS al-Baqarah [2]: 228).”

4. Saling menasihati.

Manusia manapun tidak luput dari kesalahan. Persahabatan suami-istri akan mengantarkan setiap orang tidak pernah rela pasangannya melakukan kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak. Saling memberi nasihat merupakan wujud suatu hubungan yang saling mencintai karena Allah Swt. Sebab, tujuannya adalah dalam rangka menjaga ketaatan kepada Allah Swt. dan menjauhkan pasangannya dari melakukan kemaksiatan kepada-Nya. Nasihat yang disertai dengan komunikasi yang tepat waktu dan tepat cara (lemah-lembut dan tidak menjustifikasi kesalahan) akan membuat pasangan yang dinasihati merasakan kesejukan dan ketenteraman dalam menerima masukan.

5. Saling tolong-menolong.

Kehidupan suami-istri adalah kehidupan yang berpeluang mengalami kesulitan-kesulitan seperti beban pekerjaan yang memberatkan, pemenuhan nafkah, pendidikan anak, dan lain-lain. Saling tolong-menolong akan dapat meringankan beban satu sama lainnya. Pada saat suami tidak dapat menyediakan pembantu rumah tangga, ia dengan rela membantu pekerjaan rumah tangga jika istrinya kewalahan melakukannya. Rasulullah saw. terbiasa menjahit sendiri bajunya yang robek dan memperbaiki sandalnya yang rusak tanpa memberatkan istri-istrinya. Begitu juga istri, pada saat suami mengalami kesulitan dalam pemenuhan nafkah untuk keluarga, tidak ragu-ragu untuk membantu dan meringankan suaminya. Namun, perlu dipahami, saling tolong-menolong bukan berarti kewajiban masing-masing bisa saling dipindahkan atau dihilangkan, misalnya suami mengurus rumah dan istri mencari nafkah. Sikap tolong menolong antara suami-istri akan semakin mempererat persahabatan di antara keduanya.

6. Saling memaafkan.

Kehidupan suami-istri tidak luput dari berbagai kelemahan, kesalahpahaman dan pertengkaran kecil. Hal-hal ini akan dapat merenggangkan hubungan persahabatan satu sama lain. Pada saat salah seseorang dari suami-istri melakukan sesuatu hal yang menimbulkan kemarahan, maka langkah yang perlu disuburkan oleh yang lainnya adalah menahan marah dan mudah saling memaafkan. Saling memaafkan satu sama lainnya adalah kunci untuk memelihara persahabatan antara suami-istri. 



Sumber:http://baitijannati.wordpress.com/2007/03/04/indahnya-persahabatan-suami-istri/

Minggu, 25 September 2011

~*:. Sambutlah Suami Dengan Keceriaan .:*~

Seorang istri harus selalu menyambut kedatangan suaminya dengan baik dan ceria.Janganlah engkau menambah kesuntukannya saat melihatnya resah dan gelisah.Sambutlah ia dengan bahagia dan layanilah apapun permintaannya.Jangan sekali-kali langsung menanyakan kepadanya tentang penyebab kegelisahannya.

Biasanya,setelah ia tenang dan mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian rumah,ia akan bercerita sendiri kepada istrinya tentang apa yang baru saja dialaminya.Bila tidak demikian halnya,bolehlah seorang istri menanyakan kepadanya.Tapi ingat,gunakan cara yang baik,santun,dan menunjukkan kepedulian dan kecemasanmu terhadap kondisinya.

Jika seorang istri yakin dirinya bisa membantu suaminya dalam menyelesaikan persoalan tersebut,janganlah ia menunda-nunda,cepat katakan atau lakukan apa yang bisa meringankan bebannya.Jika seorang istri mampu melakukan hal tersebut,maka beban suaminya pun akan berkurang.Lebih dari itu,ia akan merasakan bahwa didalam rumahnya terdapat sebuah permata berharga yang lebih tinggi nilainya dari segala bentuk permata yang ada di dunia ini.

Senin, 19 September 2011

~*:. Sandal Jepit Istriku .:*~.

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh… betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin nggak ketulungan.

‘Ummi… Ummi, kapan kau dapat memasak dengan benar…? Selalu saja, kalau tak keasinan… kemanisan, kalau tak keaseman… ya kepedesan!’ Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.

‘Sabar bi…, rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah.
Katanya mau kayak Rasul…? ‘ ucap isteriku kalem.

‘Iya… tapi abi kann manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini…!’ Jawabku dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak. Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan ‘baiti jannati’ di rumahku.

Namun apa yang terjadi…? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling.
Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal burak [pecah].
Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini.
Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian… ouw… berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

‘Ummi…ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini…?’ ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. ‘Ummi… isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah…?’ Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu.

‘Ah…wanita gampang sekali untuk menangis…,’ batinku berkata dalam hati.
‘Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat…? Isteri shalihat itu tidak cengeng,’ bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya. ‘Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus.

‘Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa.
Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah. Ummi kan muntah?muntah terus,
ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,’ ucap isteriku diselingi isak tangis. ‘Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…’ Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.
‘Bi…, siang nanti antar Ummi ngaji ya…?’ pinta isteriku.

‘Aduh, Mi… abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?’ ucapku.
‘Ya sudah, kalau abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,’ jawab isteriku.
‘Lho, kok bilang gitu…?’
‘Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak? Desakan dalam dengan suasana
panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa? kenapa,’ ucap isteriku
lagi.
‘Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,’ jawabku ringan.

Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji.
Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu.
Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal.

‘Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,’ aku membathin sendiri. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal
jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Dug! Hati ini menjadi luruh.

‘Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?’ Tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.

‘Maafkan aku Maryam,’ pinta hatiku. ‘Krek…,’ suara pintu terdengar dibuka.
Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain.

Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Peantianku berakhir ketika sesosok tubuh berbaya gelap dan berjilbab hitam melintas. ‘Ini dia mujahidahku!’ pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja.
Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam?diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi.
Padahal Rasul telah berkata: ‘Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.’ Sedang aku..? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku…? terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terdzalim!!!

‘Maryam…!’ panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini.

Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum
bahagia.
‘Abi…!’ bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini. ‘Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?’ sesal hatiku.

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya.

‘Alhamdulillah, jazakallahu…,’ucapnya dengan suara tulus. Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan ‘iffah sepertimu?
Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku…?


http://anugerah.hendra.or.id/pasca-nikah/2-istri/sandal-jepit-istriku/

Sabtu, 17 September 2011

~*:. Istri Sholehah .:*~

Istri yang shalehah adalah yang mampu menghadirkan kebahagiaan di depan mata suaminya, walau hanya sekadar dengan pandangan mata kepadanya. Seorang istri diharapkan bisa menggali apa saja yang bisa menyempurnakan penampilannya, memperindah keadaannya di depan suami tercinta. Dengan demikian, suami akan merasa tenteram bila ada bersamanya.
Mendapatkan istri shalehah adalah idaman setiap lelaki. Karena memiliki istri yang shalehah lebih baik dari dunia beserta isinya.“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri shalehah.” (HR Muslim dan Ibnu Majah).
Di antara ciri istri shalehah adalah, pertama, melegakan hati suami bila dilihat. Rasulullah bersabda, “Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah).
Kedua, amanah. Rasulullah bersabda, “Ada tiga macam keberuntungan (bagi seorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu …” (HR Hakim).
Ketiga, istri shalehah mampu memberikan suasana teduh dan ketenangan berpikir dan berperasaan bagi suaminya. Allah SWT berfirman, “Di antara tanda kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan bersamanya. Sungguh di dalam hati yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.”(QS Ar Rum [30]: 21).
Beruntunglah bagi setiap lelaki yang memiliki istri shalehah, sebab ia bisa membantu memelihara akidah dan ibadah suaminya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa diberi istri yang shalehah, sesungguhnya ia telah diberi pertolongan (untuk) meraih separuh agamanya. Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara separuh lainnya.” (HR Thabrani dan Hakim).

Rabu, 14 September 2011

~*:. Mengintip Dosa - Dosa Istri .:*~ ( Berlebihan Dalam Menuntut Kesempurnaan )

Ada tipe istri yang tenggelam dalam khayalan dan berlebihan dalam menuntut kesempurnaan.Ia menduga bahwa pernikahan adalah syurga firdaus,tidak ada kesusahan,beban berat ataupun kesulitan.Ia membayangkan bahwa demikianlah seharusnya pernikahan,tidak ada tantangan,penghalang ataupun problematika.

Ketika ia berbenturan dengan realita berikut berbagai tanggung jawab,pengambilan keputusan,melahirkan anak-anak dan menghadapi problematika,ia tidak bisa menerima itu semua.Ia mengira dirinya telah salah dalam memilih pendamping hidup.Bahkan bisa jadi ia cenderung kepada perceraian guna membebaskan diri dari berbagai ikutan -- menurut persepsinya --

Yang demikian itu kerapkali terjadi.Penyebabnya adalah lemahnya pendidikan,berlebihan dalam memanjakan anak gadis dan kurangnya informasi mengenai realita kehidupan rumah tangga.Di antara faktor penyebab terbesarnya adalah terinspirasi oleh cerita-cerita fiksi,sinetron televisi atau film-film,dimana kehidupan rumah tangga digambarkan terbebas dari segala macam masalah.

Ketika seorang istri memasuki ranah pernikahan,ternyata informasi yang satu mendustakan informasi yang lain.Ia dikejutkan oleh situasi yang sama sekali tidak terlintas di benaknya.Maka,seorang istri yang cerdas mesti bersikap adil dalam mengarahkan pandangannya.Jangan sampai ia terlena di alam mimpi,tersesat di belantara imajinasi atau berlebihan dalam menuntut kesempurnaan.

Kehidupan pernikahan bukanlah pertunjukan yang ditampilkan hanya dalam satu periode waktu,bukan juga cerita dimana penulisnya bebas berkelana di dunia khayal.Namun,kehidupan pernikahan adalah realitas nyata.Didalamnya ada penderitaan dan cita-cita,ada kegembiraandan kesusahan.Kondisinya sama persis dengan kehidupan besar secara umum.Tidak ada pilihan lain,kecuali menghadapinya dan memperlakukannya dengan baik.

Satu hari milik kita dan satu hari milik mereka.

Satu hari kita bahagia,hari yang lain kita berduka.

Yang demikian itu bukan berarti kehidupan pernikahan adalah sangkar penuh kadzaliman,atau neraka jahim dengan siksa tak tertanggungkan.Melainkan pernikahan adalah sikap saling menolong,saling berkasih sayang,dan mengakui kekurangan pihak lain.Permasalahan dan kekurangan yang menghadang di tengah perjalanan pernikahan tidaklah menghapus kegembiraan.

Bahkan,terkadang permasalahan itu menjadi penyedap atau rahasia kebahagiaan pernikahan.Maka,memikul tanggung jawab dan menerima beban berat serta berbagai konsekuensi merupakan faktor terbesar bagi terwujudnya kebahagiaan.Orang yang paling nyaman adalah orang yang paling banyak merasakan payah,dan orang yang paling payah adalah orang yang lebih sering hidup nyaman.

Aku melihat kenyaman besar,tetapi tak kulihat ia bisa teraih

Kecuali dengan menyeberang jembatan rasa lelah

Bahkan banyak waktu luang dan sering menganggur merupakan sebab terbesar dan melemahkan tekad,serta munculnya kegelisahan dan kerisauan.

Kamis, 08 September 2011

~*:. PERNIKAHAN MUHAMMAD DAN KHADIJAH .:*~

Ia adalah Khadijah binti Khuwailid ibnu Asad ibnu Abdil Uzza ibnu Qushay.Khadijah muda adalah seorang gadis yang cantik dan berperilaku baik.Suami pertamanya adalah Abu Halah an- Nabbasy ibnu Zurarah at-Taymi.Pernikahan ini berakhir ketika Abu Halah wafat meninggalkan dua anak laki-laki,Hindun dan Halah!

Khadijah kemudian menikah lagi dengan Athiq ibnu Aid al-Makhzumi,dari suami kedua ini Khadijah memiliki seorang anak perempuan yang lagi-lagi diberi nama Hindun.Hindun menikah dengan sepupunya sendiri yang bernama Shafiy ibnu Umayyah ibnu Aidz al-Makhzumi.Keturunan Khadijah dari pernikahan keduanya ini sempat tinggal di Madinah dan sering disebut dengan Bani Thahirah yang berarti 'keturunan wanita suci'.

Pada masa Jahiliyah,Khadijah diberi gelar 'wanita yang suci' (thahirah).Setelah 2x menikah banyak lelaki yang mencoba meminangnya dengan menawarkan sejumlah besar harta sebagai maskawin.Tetapi Khadijah menolak semua pinangan itu.Perhatiannya difokuskan pada upaya mengasuh anak dan mengelola perdagangan.

Dalam dunia perdagangan saat itu,Khadijah menjadi nama yang sangat diperhitungkan.Hampir setiap kafilah memuat barang dagangannya dalam jumlah besar.Khadijah juga mempekerjakan orang-orang Quraisy yang jujur dan terpercaya untuk mengawasi barang-barang dagangannya itu.

Suatu hari Khadijah hendak mengirim kafilah dagang ke negeri Syam.Ia mencari seseorang yang dapat diutusnya ke Syam untuk mengawasi dan memimpin rombongan dagang tersebut.Saat itu masyarakat Mekkah sedang ramai membicarakan Muhammad ibnu Abdillah,seorang pemuda yang bisa menjaga kejujuran dan keluhuran budi di tengah rekan-rekan sebayanya yang sibuk berfoya-foya.Khadijah berpikir mengapa tidak Muhammad saja yang ia utus untuk menangani urusan-urusan perdagangannya di Syam?

Muhammad adalah sosok yang jujur,dan kejujuran sangat penting dalam perdagangan.Tetapi Khadijah tidak pernah mendengar Muhammad memiliki pengalaman berdagang.Pilihan itu sebenarnya beresiko.Khadijah hanya mengandalkan firasat dan nalurinya yang jarang salah.Akhirnya Khadijah pun memanggil Muhammad dan mengajaknya berbincang-bincang mengenai perdagangan.

Dalam pembicaraan itu Khadijah menangkap kesan bahwa Muhammad merupakan seorang pemuda yang cerdas,santun,pandai menjaga diri,dan berpenampilan sempurna.Muhammad terlihat begitu tenang ketika diam dan terlihat begitu berpengaruh ketika berbicara.Ia selalu memperhatikan lawan bicaranya,mendengarkannya dengan teliti,dan tidak pernah memperlihatkan sikap setengah-setengah.

Sebagai seorang pedagang yang berpengalaman,Khadijah tahu bahwa Muhammad adalah orang yang ia cari.Khadijah berkata:"Aku memanggilmu berdasarkan apa yang aku dengar dari orang-orang tentang perkataanmu yang jujur,integritasmu yang terpecaya,dan akhlakmu yang mulia.Aku memilihmu dan kubayar engkau 2x lipat dari apa yang biasa diterima oleh orang lain dari kaummu."

Muhammad pun menerima tugas itu dengan senang hati.

Khadijah juga mengamati gambaran fisik Muhammad.Cara ia berjalan menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi.Posturnya seimbang,tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi,tidak terlalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus.Khadijah juga ingat bahwa selama berbincang dengannya,Muhammad selalu menundukkan wajahnya.Hanya sekali seingatnya Muhammad mengangkat wajahnya yaitu ketika Khadijah menawarkan tugas menjalankan urusan perdagangan di Syam.Saat itu Muhammad tersenyum,mengangakat wajahnya sedikit,mengucapkan terima kasih lalu menunduk kembali.

Muhammad memiliki kening yang lebar,dagu yang lepas,dan leher yang jenjang,dadanya bidang,matanya indah dan lebar dengan bola mata yang hitam pekat,giginya putih cemerlang.

Agak mengherankan bahwa Khadijah memperhatikan semua itu.Ketampanan dan kegagahan Muhammad memang mampu memikat banyak orang.Tetapi bukankah Khadijah memanggilnya untuk urusan bisnis?Tampaknya Khadijah tertarik kepada pribadi pemuda ini.Alangkah lembutnya keindahan yang terpancar dari wajah Muhammad.Alangkah indah senyum tipis yang menghias wajahnya.Khadijah merasa bahwa apa yang ramai dibicarakan penduduk Mekkah tentang Muhammad bukan merupakan isapan jempol belaka.

Setelah menerima tugas dari Khadijah,Muhammad bergegas menuju pamannya,Abu Thalib,untuk menceritakan tawaran kerja yang baru saja diterimanya.Abu Thalib pun turut bergembira.Ia berkata:"Ini adalah rezeki yang Allah berikan kepadamu."


Hari keberangkatan pun tiba.Penduduk Mekah,termasuk para paman Muhammad,beramai-ramai mengantar kafilah ke perbatasan kota.Kafilahpun bertolak menuju Syam.

Dalam ekspedisi dagang ke Syam ini,Muhammad dibantu oleh seorang laki-laki bernama Maysarah.Khadijah berpesan agar Maysarah tidak membantah perintah Muhammad ataupun menentang pendapatnya.

Urusan perdagangan di Syam ternyata berjalan lancar.Barang-barang habis terjual.Laba yang luar biasa besarpun didapat.Sebelum pulang,kafilah ini membeli barang-barang lain untuk dijual kembali ke Mekah.

Setelah semua urusan selesai,kafilah ini pun beranjak pulang.Sesampainya disebuah lembah------sekarang terkenal dengan nama Wadi Fathimah------di luar Mekah,Maysarah berkata kepada Muhammad:"Pergilah kepada Khadijah!Laporkan semua yang engkau alami dan keuntungan yang engkau peroleh dalam ekspedisi ini."

Muhammad lalu maju bersama para pemuda lain yang baru saja datang dari perjalanan jauh.Mereka memasuki kota diikuti kafilah yang berjalan perlahan dibelakang mereka.Para lelaki menyambut kedatangan mereka di jalan-jalan.Para wanita memandangi mereka dari atas rumah.

Saat itu siang hari.Khadijah bersama beberapa wanita lain berada disebuah ruangan dibagian atas rumahnya.Ia dapat melihat Muhammad yang sedang menunggang unta kecil berwarna merah memasuki kota.Ada 2 Malaikat menaunginya.Para wanita itu terkejut.Betapa gagah Muhammad,betapa agung wibawa yang dipancarkannya.Betapa dari jauh ia terlihat begitu indah dan mengesankan.

Sebagaimana tradisi yang biasa dilakukan para pembesar Quraisy selepas pulang dari perjalanan dagang,Muhammad pun langsung menuju Ka'bah untuk melakukan thawaf.Setelah itu barulah ia menghadap Khadijah.

Kepada Khadijah,Muhammad melaporkan semua hal yang dialaminya selama perjalanan,termasuk keuntungan besar yang diperolehnya dan barang-barang dagangan yang dibelinya di Syam.Khadijah menerima laporan itu dengan gembira.Apalagi setelah diketahui bahwa barang-barang yang dibawa dari Syam berhasil dijual di Mekah dengan keuntungan yang berlipat ganda.

Pada kesempatan lain,Maysarah juga menghadap Khadijah dan bercerita tentang hal-hal aneh yang ditemuinya sepanjang perjalanan.Ia seringkali menyaksikan awan berkumpul menaungi Muhammad yang sedang menunggang unta di padang pasir pada siang yang panas.

Suatu hari,tutur Maysarah,Muhammad sedang bernaung dibawah sebuah pohon didekat tempat pertapaan seorang rahib bernama Nasthura.Sang rahib bertanya kepada Maysarah mengenai Muhammad.Maysarah menjawab bahwa Muhammad adalah seorang pemuda yang mulia dari suku Quraisy.

Sang rahib kembali bertanya,:"Apakah ada tanda merah dimatanya?"

"Ya," jawab Maysarah.

Rahib itu kemudian berkata:"Pemuda yang duduk dibawah pohon itu adalah seorang nabi."

Pernah pula ada seorang lelaki berselisih dengan Muhammad.Maysarah menduga lelaki itu memang sengaja mencari-cari persoalan.Lelaki itu berkata kepada Muhammad:"Bersumpahlah dengan nama Lata dan Uzza!"

Muhammad menolak dan berkata:"Aku tidak pernah bersumpah dengan nama keduanya."

"Engkau benar."

Lelaki itu pergi begitu saja.Tetapi diluar pengetahuan Muhammad lelaki tadi berkata kepada Maysarah,:Orang ini,demi Tuhan,adalah seorang nabi.Para pendeta kami telah menerangkan ciri-cirinya berdasarkan apa yang mereka baca dalam kitab suci."

Maysarah juga bercerita kepada Khadijah tentang tingkah laku Muhammad disepanjang perjalanan.Semua itu menunjukkan kejujuran,keluhuran budi,dan kelembutan hatinya.

Khadijah mulai berpikir dan menimbang-nimbang semua cerita yang didengarnya itu.Ia tahu bahwa semua penduduk Mekah merasa kagum kepada Muhammad.Mereka percaya dengan kejujuran,integritas,dan kebersihan moralnya.Julukan yang beredar untuknya adalah al-amin yang berarti 'orang yang dapat dipercaya'.Khadijah sendiri mengakui bahwa Muhammad adalah pemuda yang nyaris sempurna.

Khadijah mulai bertanya-tanya.Perasaan apa yang ada didalam hatinya.Mengapa ia merasa kagum ketika melihat Muhammad memasuki kota Mekah dengan untanya?Tidak salahkah penglihatannya ketika ia menyaksikan sendiri 2 Malaikat menaungi Muhammad?Rasa gembira ketika mendengar Muhammad memperoleh keuntungan besar di Syam;benarkah rasa itu timbul hanya karena kabar keuntungan financial yang didapatnya?Bagaimana ia menyikapi cerita-cerita aneh yang dikabarkan oleh Maysarah?

Semua orang pada masa itu,termasuk Khadijah,tentu pernah mendengar ramalan para rahib mengenai seorang nabi yang akan muncul di jazirah Arab.Apakah Muhammad nabi yang ditunggu-tunggu itu?Dalam perjalanan ke Syam,Muhammad memang berhasil memperoleh laba besar dengan jumlah yang tidak pernah diperoleh oleh siapapun.Apakah hal itu berhubungan dengan statusnya sebagai calon nabi?

Sebenarnya Khadijah telah mencoba untuk tidak memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu.Tetapi,semakin keras ia berusaha untuk melupakannya,semakin sering pikiran-pikiran itu muncul dikepalanya.Dan anehnya Khadijah merasa bahagia dengan semua itu.Ia bertanya-tanya apakah pikiran itu lahir dari rasa kagum yang sama seperti apa yang dirasakan oleh orang-orang Quraisy?

Khadijah tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu.Ia seorang wanita yang dikenal dengan kecerdikan dan ketajaman pikiran,ternyata tidak dapat menangani persoalan yang terkesan sederhana ini.Diujung rasa bimbangnya,Khadijah pergi menemui sepupunya,Waraqah ibnu Naufal.

Waraqah memeluk Nasrani sejak muda.Ia merupakan seorang yang tekun menyembah Tuhan,menjauhi berhala,dan mempelajari kitab-kitab suci agama terdahulu.Mendengar cerita Khadijah,ada rasa bahagia yang aneh dirasakan oleh Waraqah.Ia bangkit lalu berkata bahwa berdasarkan kitab-kitab suci yang pernah dibacanya,Allah akan mengutus seorang rasul terakhir dari anak keturunan Isma'il yang lahir didekat Baitullah.

Waraqah kemudian terdiam,ia berpikir serius lalu berkata:"Wahai Khadijah,jika apa yang aku pikirkan ini benar,maka Muhammad pastilah seorang nabi.Yang kutahu dengan pasti,seorang nabi akan muncul dari bangsa ini.Dan sekarang saat kemunculannya."

Waraqah juga berharap dirinya dikaruniai umur panjang sehingga ia bisa beriman,mengikuti ajaran-ajaran nabi itu,dan membelanya menghadapi musuh-musuhnya.Di akhir pembicaraan,Waraqah melantunkan syair:

bertahan aku dengan ingatan
tentang sedih yang melahirkan jeritan
hingga engkau,Khadijah,datang padaku
betapa lama,Khadijah,aku menunggu!

Perbincangan dengan Waraqah menimbulkan kesan mendalam dihati Khadijah.Ia kembali memikirkan Muhammad,pemuda yang mengagumkan itu.Ia bertanya,apakah kekaguman masyarakat kepada Muhammad merupakan bagian dari skenario Tuhan untuk melapangkan jalan baginya menjadi nabi?

Secara pribadi,Khadijah juga berpikir tentang apa yang sebenarnya menghubungkan dirinya dengan Muhammad.Mengapa bayangan Muhammad selalu muncul siang malam tanpa ia kehendaki?

Telah banyak pinangan lelaki yang ditolak oleh Khadijah karena ia berpikir bahwa mereka hanya menghendaki harta dan status sosialnya.Tetapi,Muhammad berbeda dengan mereka.Rasa hormat dan cinta kepadanya tumbuh perlahan-lahan hingga akhirnya mencengkeram hati dan perasaan.Apakah ini juga bagian dari takdir Tuhan?Khadijah bertanya,inikah balasan untuk dirinya dari Tuhan atas perbuatan baik,sifat kedermawaan,serta keteguhannya menjaga diri dan kehormatan?

Khadijah percaya sepenuhnya akan kebenaran pernyataan Waraqah.Ia tahu bahwa cinta yang tumbuh dihatinya adalah perasaan yang wajar bagi wanita mulia yang mendambakan seorang pendamping hidup yang dapat dipercaya.Bahkan ia juga meyakini bahwa rasa cinta itu merupakan anugerah Tuhan kepada dirinya,bahwa Tuhan menghendakinya untuk terlibat dalam rencana besar-Nya bagi manusia.

Akan tetapi,Khadijah juga sempat ragu.Pantaskah ia menikah dengan Muhammad?Selama ini,ia yakin bahwa ia harus menjadi tuan bagi dirinya sendiri.Karena hal itulah ia menolak semua pinangan yang datang.Ia lebih memilih untuk hidup bersama anak-anaknya dan memusatkan perhatiannya dalam bidang perdagangan.Apa kata para pemuka Quraisy jika mereka mendengar Khadijah meminang seorang pemuda untuk dirinya sendiri?

Dalam tradisi Arab,seorang wanita hanya boleh menunggu lamaran dari laki-laki.Tetapi Khadijah bukan lagi seorang perawan muda yang tidak berpengalaman.Sebaliknya,Khadijah justru telah mempekerjakan banyak laki-laki untuk menangani urusan-urusan bisnisnya.Apa salahnya ia memilih sendiri laki-laki yang dapat mendampingi dan membahagiakannya?

Berbekal pengalamannya dalam dunia perdagangan,Khadijah juga memahami bahwa keteguhan dan inisiatif merupakan dua hal yang sangat menentukan kesuksesan.Khadijah sendiri adalah wanita yang sangat teguh memegang pendiriannya apabila ia yakin bahwa pendiriannya itu baik dan benar.Keteguhan dan inisiatif itu menjadikannya memilih dan mengutus Muhammad ke Syam.Apa salahnya jika ia memilih Muhammad sekali lagi untuk menjadi pendamping hidupnya?

Akhirnya,meski sempat ragu,Khadijah kemudian memutuskan untuk menikah dengan Muhammad dan mengambil inisiatif untuk meminangnya.Tetapi,masih ada satu pertanyaan yang harus ia jawab:siapa yang dapat menjamin bahwa Muhammad akan menerima pinangannya?

Khadijah adalah wanita yang kaya,cantik,dan berstatus sosial yang tinggi.Ia masih memiliki pesona bagi banyak laki-laki.Disisi lain,Muhammad bukanlah lelaki yang rakus dan gampang tergoda oleh hal-hal yang bersifat lahiriyah.Tetapi,Khadijah tahu bahwa walau bagaimanapun,Muhammad tetaplah seorang pemuda.Adalah haknya untuk mencintai seorang gadis yang sebaya.

Dengan mempertimbangkan hal-hal tadi,Khadijah memilih untuk menggunakan sebuah siasat.Ia mengutus seorang wanita yang ia yakini kemampuan dan loyalitasnya untuk secara diam-diam melakukan pendekatan awal kepada Muhammad.Wanita yang dipercayainya untuk mengemban tugas ini adalah Nafisah binti Ummayah yang masih kerabat dekat Muhammad dan saudara perempuan dari seorang lelaki yang kemudian menjadi salah satu sahabat Nabi yang terkemuka,Ya'la ibnu Umayyah.

Nafisah mendatangi Muhammad dan menasehatinya seperti seorang ibu menasehati anaknya.Ia mencoba untuk meyakinkan Muhammad tentang pentingnya menikah.Muhammad menjawab bahwa dirinya hanya seorang miskin yang tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepada wanita yang akan menjadi istrinya.

Nafisah membantah hal itu.Menurutnya,kemiskinan bukan halangan untuk menikah.Apalagi Muhammad telah lama dikagumi oleh penduduk Mekah karena akhlak dan kejujurannya.Karena itu,menurut Nafisah,semua orang tua tentu mengharapkan Muhammad datang meminang putri mereka.

Setelah Muhammad dapat diyakinkan tentang pentingnya menikah,barulah Nafisah menyatakan bahwa wanita yang paling patut menjadi istrinya adalah Khadijah.Alasannya sederhana.Khadijah adalah wanita yang cantik,kaya,bagus nasabnya,pandai menjaga kehormatan,dan luhur akhlaknya.Masyarakatpun menjulukinya "wanita yang suci".

Mengetahui pilihan Nafisah,Muhammad pun terkejut.Menurutnya Nafisah berlebihan.Darimana ia akan memperoleh harta untuk membayar mahar Khadijah?Nafisah menjawab bahwa kalau Muhammad setuju untuk menikah dengan Khadijah,urusan mahar tak perlu ia pikirkan.

Nafisah menceritakan proses diplomasi awal yang dilakukannya itu dalam sebuah riwayat.Ia berkata:
"Khadijah pernah mengutusku sebagai perantara kepada Muhammad setelah ia pulang dari Syam.Kukatakan kepadanya,'Apa yang menghalangimu untuk menikah?'
Muhammad menjawab,'Aku orang miskin yang tak punya harta.'
Kukatakan,'Jika aku tanggung semua keperluanmu untuk menikah dan kupilihkan seorang wanita yang cantik,kaya,mulia,dan cocok untukmu,maukah engkau menikah?'
Muhammad menjawab,'Siapa wanita itu?'
Aku menjawab,'Khadijah'
Muhammad kembali bertanya,'Bagaimana mungkin?'
Kukatakan,'Aku yang mengaturnya.'

Upaya pendekatan yang dilakukan Nafisah ini sebenarnya bermakna penting.Tidak saja penting bagi Khadijah,tetapi juga bagi sejarah manusia secara umum.Jika Khadijah terbukti berperan penting bagi kesuksesan Rasulullah menunaikan misi risalahnya,maka siapapun yang membantu pernikahan mereka harus dipandang sebagai bagian penting dari proses penyebaran Islam keseluruh dunia.

Dengan meminang Muhammad,Khadijah sebenarnya sedang menciptakan sebuah tradisi yang memihak dan menghormati wanita.Jika wanita berhak untuk mengatur urusan-urusannya sendiri,mengapa ia tidak boleh memilih seorang lelaki untuk menjadi pendamping hidup dan ayah bagi anak-anaknya?Apalagi Khadijah tidak memilih calon suami yang kaya.Pilihannya atas Muhammad lebih didasarkan atas budi pekerti yang mulia dan perilaku yang luhur.Muhammad juga terbukti mampu menjaga dan mengembangkan aset-aset bisnisnya.

Akan tetapi,bukan hal itu saja yang bisa dipelajari dari kisah ini.Setelah Nafisah memberi tahu hasil pendekatannya,Khadijah langsung mengundang Muhammad kekediamannya.Disana,dengan berani,Khadijah mengungkapkan secara langsung pinangannya.Hal itu menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi sekaligus keberanian menyampaikan aspirasi tanpa perantara.

Perhatikan ucapan Khadijah kepada Muhammad berikut ini:
"Wahai anak pamanku,aku berhasrat untuk menikah denganmu atas dasar kekerabatan,kedudukanmu yang mulia,akhlakmu yang baik,integritas moralmu,dan kejujuran perkataanmu."

Muhammad menerimanya.Hari pernikahan yang ditunggu-tunggu itupun datang.Muhammad didampingi oleh bani Hasyim yang dipimpin oleh Abu Thalib dan Hamzah.Hadir juga bersamanya bani Mudhar,sedangkan Khadijah didampingi oleh bani Asad yang dipimpin oleh Amr ibnu Asad.

Pernikahan itu sendiri dilaksanakan setelah 2 bulan 15 hari setelah Muhammad datang dari Syam.Mahar yang diberikan kepada Khadijah adalah 20 ekor unta.Usia Muhammad saat itu adalah 25 tahun,sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.